Ini adalah satu cerita yang sangat baik dan boleh dijadikan ikhtibar.
Sebuah cerita tentang seorang penebang kayu yang menebang kayu dengan kapaknya. Setiap hari dia menebang kayu untuk dijual. Setiap pagi dia pergi ke hutan dan pulang menjelang matahari terbenam. Sesampai di rumah dia istirahat untuk menunggu hari esok, saat matahari terbit untuk kembali pergi ke hutan menebang kayu.
Hal tersebut dia lakukan terus menerus tanpa henti. Namun lama kelamaan hasil tebangannya mulai menurun. Lambat tetapi pasti, kayu yang dia bawa pulang berkurang terus dari hari ke hari. Melihat hasil yang berkurang terus menerus, dia memutuskan untuk menambah jam kerjanya. Dia pergi lebih pagi dan pulang lebih lewat.
Awalnya, dengan penambahan jam kerja tersebut, hasil tebangannya sedikit bertambah. Namun setelah beberapa lama berkurang kembali seperti semula, seakan penambahan waktu tidak ada gunanya. Bahkan suatu waktu hasil tebangan yang dilakukan secara lembur hasilnya lebih sedikit dibanding penebangan yang dia lakukan pada saat awal kerjanya sebagai penebang kayu.
Sampai suatu saat dia bertemu dengan seorang penebang kayu lainnya. Penebang kayu yang baru dikenalnya itu menggunakan jenis kapak yang sama dan waktu yang digunakan untuk menebang juga sama. Tetapi hasil yang diperoleh penebang tersebut tidak pernah menurun. Ini membuat dia merasa keheranan, mengapa hasil pengeluarannya menurun sementara temannya tidak?
Akhirnya dia bertanyakan rahsia kepada teman barunya itu, bagaimana agar hasil tebangannya tidak menurun. Temannya menjawab, bahwa rahsianya sangat sederhana, dia rajin mengasah kapaknya agar selalu tajam. Namun penebang itu menjawab bahwa dia tidak punya waktu untuk mengasah kapaknya, dia sibuk untuk mengejar jumlah tebangannya agar dapat mendapatkan wang untuk memenuhi keperluan hidupnya.
Temannya yang bijak berkata, "Kamu memang menghabiskan beberapa waktu untuk mengasah kapakmu. Tetapi waktu yang kamu gunakan untuk mengasah kapak akan terganti, sebab kamu akan menebang kayu lebih cepat."
Kita pun sama, kita memiliki "kapak" meski dalam bentuk lain yang harus selalu kita asah agar tetap produktif. Tenaga kita, jika digunakan akan berkurang, maka kita harus mengisinya kembali. Termasuk juga dengan iman, sering kali turun, maka kita harus menaikan iman kita kembali. Apakah kita merasa tidak punya waktu?
No comments:
Post a Comment